Komentar Pedas Tulisan Cak Anas

SEKEDAR PERSPEKTIF, BEDA TAK MASALAH

Sebelumnya saya pribadi menyampaikan banyak terima kasih kepada cak Anas yang telah bersuara lewat tulisannya dalam menyoroti sosok Gus Lukman alias Lukman Syah seorang Wahabi atau bukan…?. 

Saya sebagai pembaca sangat menikmati keindahan dan rektorika Bahasa anda dalam tulisan tersebut yang kemudian berhasil menarik diri saya untuk terus membacanya sampai tuntas.

Di sini saya hanya menempatkan diri sesuai kapasitas saya sebagi seorang penikmat tulisan dari penulis. Tentunya sebagai seorang penulis, anda juga selalu open minded dan selalu membuka ruang yang seluas-luasnya bagi para penikmat tulisan anda untuk memberikan komentar sebagai bahan masukan yang bisa dijadikan kontribusi anda dalam berkarya. 

Apalagi mengingat tulisan anda yang telah melanglang buana lewat sosial media. Berbeda pendapat dan sudut pandang mengenai tulisan anda tentang “sosok Gus Lukaman” seorang wahabi atau bukan tentu menuai banyak komentar dari berbagai sudut pandang yang membacanya. 

Melihat berbagai perbedaan pendapat, tentu ini adalah hal yang wajar. Karena dalam konsep Islam sendiri disampaikan bahwa “perbedaan adalah rahmat. Bukankah demikian?

Mengenai tulisan anda tentang sosok “Gus Lukman”, yang didalamnya juga ingin mengulik bahkan membuktikan bahwa beliau adalah sosok yang jauh dari kata “Wahabi” dengan dikuatkan oleh argumentasi dan kesaksian penulis tentang loyalitas beliau dalam memperjuangkan Nahdlatul Ulama. (NU). Diantaranya keterlibatan beliau dalam berbagai kegiatan di NU. Yah sebuah organisasi Islam besar di Indonesia yang didirikan oleh Mbah Hasyim Asy’ari. 

Awalnya saya masih menikmati tentang argumentasi anda menyoal hal ini. 
Setelah saya lanjut membaca, rupanya dalam tulisan tersebut anda juga menyampaikan bahwa Gus Lukman telah mengalami fitnah besar terhadap dirinya. Tidak sekedar itu, anda berupaya untuk menuangkan cerita secara sistematis terkait kronologis rentetan peristiwa yang menyertainya diantaranya tentang salah satu lembaga pendidikan yakni MTS NU Al-Badar.

Semakin menyimak tulisan anda, sekali lagi sebagai penikmat, saya tertarik. Di benak dan pikiran saya muncul berbagai pertanyaan yang muncul. Mengapa sampai ada fitnah yang hadir tentang Gus Lukman sosok Wahabi atau bukan?Mengapa MTs NU al-Badar menginginkan untuk keluar dari Yayasan Assathoriyah?Mengapa ada isu terkait pemecatan semua guru di lembaga tersebut dan masih banyak hal lain yang menurut saya belum mendapat jawabannya.

Sekali lagi, ini hanyalah masukan dari saya sebagai penikmat karya anda sebagai wujud apresiasi. Menurut saya, tulisan tersebut masih terasa dangkal untuk menjawab semua pertanyaan yang saya utarakan tadi. Rasanya, tulisan anda hanyalah sebuah argumentasi berdasar pada satu sudut pandang saja. 

Mengingat tulisan tersebut juga menuai pro dan kontra terlebih tulisan anda hadir di tengah masyarakat yang sedang berselisih. Sejatinya, seorang penulis haruslah terbuka pada berbagai sudut pandang. Penulis harus menggali secara mendalam dengan mencari infromasi sedalam-dalamnya dari kedua belak pihak, yang mana sejauh ini masih belum menemukan titik temu yang terang sekalipun lewat mediasi di Balai Dusun seperti yang anda juga utarakan dalam tulisan tersebut. 

Pada dasarnya mediasi haruslah menjadi wadah penengah bagi kedua belah pihak untuk menemukan solusi terbaik. Tapi pada kenyataannya, mediasi yang telah dilakukan masih menjadi ruang sendiri bagi salah satu pihak untuk bersuara dan mencari “pembenaran”. Sementara di pihak lain, belum tampak diberikan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapatnya. Mediator yang ditunjuk pun belum bisa benar-benar menjadi penengah dalam kegiatan mediasi tersebut. Kerawuhan dzuriyyat Kyai Mastur Dahlan pun juga belum bisa menjadi penenang bagi masyarakat yang kala itu mulai tersulut emosinya. 

Mediasi seakan menjadi pengadilan sepihak yang sedang dipertontonkan dengan celetukan kurang sopan dari masyarakat sebagai audiensnya.

Hemat saya, mediasi yang telah dilakukan belum memberikan dampak yang signifikan bagi terselesaikannya masalah yang telah terjadi. Sama halnya dengan hadirnya tulisan anda yang berupaya masuk menyoroti permasalahan ini, namun masih belum dapat menjawab segala pertanyaan dan isu yang berkembang di tengah masyarakat. Karena, tulisan anda saya rasa masih belum mengakomodir infromasi dari kedua belah pihak. 

Besar harapan saya, sebagai penikmat tulisan anda untuk menunggu tulisan anda jilid kedua dengan menghadirkan tulisan yang benar-benar mampu mengakomodir berbagai informasi dari berbagai sudut pandang utamanya dari kedua belah pihak. 

Semoga dengan tulisan anda nantinya, mampu menjadi penjernih di dalam air yang telah keruh, mampu menjadi penerang di tengah kegelapan dan mampu menjadi penyejuk bagi siapun yang membacanya, bukan sebaliknya.

Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah swt dan senantiasa mendapatkan rahmat-Nya. Berbeda pendapat dan sudut pandang adalah hal yang wajar tergantung kita bisa menempatkan diri sesuai kapsitas dan selalu berperilaku bijak. Bahasa guyonannya bukan “Bijaksana” atau “Bijaksini terutama dalam menuangkan ide ataupun argumentasi yang bisa dikonsumsi public secara luas. Itu saja komentar dari saya sebagai penikmat tulisan anda.


By: *Penikmat Tulisan Cak Anas*